Senin, November 23, 2009

Candi Banyunibo & Barong


Sepedaan Sabtu Pagi ke Candi Banyunibo & Barong di dekat Komplek Candi Boko.

Candi Banyunibo


Candi Barong
Dari Candi Banyunibo ke Candi Barong musti naik ke bukit +/- 500 meter. Sepeda nggak bisa dibawa naik karena jalanannya berupa jalan setapak bertangga.

Senin, November 16, 2009

Gua Cerme


Iseng saja ke Cerme 8 nov 09 lalu, bersama teman kantor sepedaan uphill dengan sempoyongan TTB, yg penting target selalu tercapai.

Gua cerme terletak sekitar 22 km di selatan kota Yogyakarta, tepatnya di dusun Srunggo, desa Selopamioro, kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DI. Yogyakarta. Sedangkan tanjakan menuju gua sekitar 5 km jika ingin nyepeda sampai mulut gua, tapi jika ingin parkir dibawah hanya 4 km saja.

Parkir + tiket Rp 2 ribuan saja (lupa persisnya). Jika ingin masuk harus dengan pemandu dengan biaya Rp 30.000 per pemandu. Satu pemandu maksimal 15 orang. Jadi kalo rombongan lebih hemat. Nggak kaya saya, Rp 30.000 hanya untuk 2 orang.

Di depan mulut goa ada patung orang berkuda. Ku tanya pada pemandu, ternyata dulu ada orang yg bertapa di goa dan mimpi melihat sosok orang berkuda. Jadilah orang tersebut mewujudkan sosok itu. Nggak masuk nalarku....
Goa panjangnya 1200 meter dan hanya bisa dimasuki pada saat air surut pas musim kemarau. Dimusim hujan dipastikan goa penuh air. Masih terlihat jelas lumpur bawaan luapan air di beberapa dinding goa. Banyak stalaktit/mit rusak, bekas patahan dimana-mana. Kata pemandunya karena dulu para "pecinta alam (?)" boleh masuk tanpa pemandu, dan akhirnya kejadianlah kerusakan itu. Bahkan stalaktit kentongan, yg konon bisa jika dipukul bisa bunyi seantero goa, sudah nggak bersuara lagi.




















Rabu, Juli 29, 2009

Sepeda rakitan pertamaku; Si i-JONO-m



Kasihan dengan sepeda warisan Federal cewek nan palsu, nggak ada yg mau makai, walaupun sudah diubah jadi sepeda cewek beneran, pakai keranjang di depan dan sadel & setang khas mini tetep saja saya dan istri malas makai. Dan saat ada yg jual Frame Xtrada repaint hijau langsung saja samber. Mumpung murah, sudah plus fork orinya lagi. Walaupun entah kapan frame bisa di gowes.

Jika waktu senggang, satu demi satu part federalpun dipreteli untuk nantinya dipindahkan ke si frame baru. Yang paling susah mencabut cranknya karena ulirnya sudah aus dan loyo. Ketika treker masuk, ulirnya malah hancur. Maunya beli treker yg biasa untuk cabut laher, tapi ternyata mahal juga Rp.65000. Tapi bingung juga antara beli treker atau beli crank baru. Walaupun crank itu sudah nggak komplit. Chain ring terkecilnya hilang entah dimana. Waktu itu pernah dibuat single speed karena FD & shifternya nggak ada. RDpun cuma berfungsi sebagai tensioner rantai.

Federalpun ku coba bawa ke bengkel sepeda dekat rumah. Setelah di ketok bertubi-tubi akhirnta lepas juga crank dari frame.

Mulai deh rakit dengan prinsip memaksimalkan part yg ada dulu, copotan federal dan part yg tersisa di gudang.
Wim Roadtect & roadcamp menyumbang fork zoom, stem, rear hub+freewheel, seatpost+sadel dan spacer.

Federal menyumbangkan rim (masih besia)+ban+vbrake belakang, crank set (tinggal 2 chain ring, yg terkecil hilang), pedal, rd (yg masangnya masih diselipkan di as hub) dan setang.

Rim depan beli bekas dan yg lainnya beli baru dengan pilihan semurah mungkin. seperti BB neco 50rb, seatclamp 10rb, FD genio 20rb, brake lever 15rb, shifter tumb 15rb, ban depan deli 30rb, disc brake china 55rb. Untuk handgrib cari yg enak tapi tetap murah 25rb.

Dengan chainring 48T dan ban 1.50, tetap bisa berkeringat walaupun di aspal datar. Maklum biasa pakai 42T.

Siap berkomuter, tapi ridernya harus juga kuat, bukan kuat genjot, tapi kuat MALU. Karena speknya bener-bener malu-maluin. waka...wka.............aaaaaaaaaaaaa


Rabu, Mei 20, 2009

Trip : Ketep Pass 16 Mei 2009 (1200 dpl)

Pagi 04.00 sudah bangun persiapan sambil menunggu Subuh, habis pulang dari masjid 05.00 langsung deh pancal sepeda ke meeting point di depan Hotel Borobudur Jombor.

Ternyata teman saya, Barkowi belum nyampe di sana. Lima menit kemudian baru deh keliatan. Tapi tanpa sadar standar uliknya kebawa nyantol di sepeda, yang akhirnya dititipkan di Pos Satpam Hotel Borobudur.

Mulailah gowes ke utara jam 05.50.Perjalanan lancar ke arah Muntilan dan terus ke perempatan Blabak. Berhenti sebentar untuk tengok kanan kiri untuk cari tempat sarapan tapi nggak ada yang sreg. Lihat jam...07.20. Akhirnya diputuskan untuk kembali mancal, jalan menanjak landai dan baru menemukan soto betawi di km 2 (dari blabak).

Nunggu makan agak lama, mungkin kepagian. Setelah makan dan BAB (kebiasaan habis sarapan), kata yg punya warung sih 15 km sampai ketep. Jam 08.20 perlahan kami berdua mulai menanjak.

Km 2 - 11 : masih ok
Di rentang km 2-11 jalanan masih sangat bersahabat, nanjak tapi nggak berat. Tanjakan curam sangat minim dan itu pun pendek banget. Pagi yang sangat elok untuk dinikmati. Memutar crank sambil memandang keangkuhan merapi yang puncaknya terlihat jelas. Asap mengepul dan pasir putih terlihat jelas di bawahnya. Dan di kiri Merbabu juga indah dengan puncaknya yang landai. Mengingatkan dulu waktu masih sering naik gunung, 2 kali aku berada di puncaknya. Oh ya temanku kali ini juga suka naik gunung sampai sekarang. Di km 7 aku istirahat bentar sambil menunggu Bar yag tertinggal di belakang. Km 11 diakhiri oleh pertigaan yang kalo belok kanan menuju muntilan via talun/dukun.

Km 12-13 :mulai deh nonjoknya
Memasuki rute ini wah langsung tanjankan curam bermunculan. Tanjakan pertama panjang menikung, sukses deh dan kemudian brenti di ujung tanjakan dan cek ternyata Bar TTB di bawah. Tanpa menunggu dia muncul aku mancal lagi. Pas melewati sebuah SD yg lagi bubaran, 3 anak berlarian mengikutiku disamping dan belakang, padahal pas nonjok banget tanjakannya. Kusempatkan untuk menyapa dan menengok kearahnya, tapi malah nggak konsen mengendalikan keseimbangan dan akhirnya oleng ke kiri, walaupun nggak sampai jatuh, tapi jadi bahan tertawaan anak2. Yang penting kalian seneng deh...

Km 14 : nggak kuat, 20% TTB
Gila gilaan nanjaknya, eh lewat SD lagi, kali ini sempat baca, SD Negeri 2 Sawangan, ada anak sekolah dari jauh teriak lantang, ..wah kesel kae, adalagi yang teriak .. ayo njamping mas!! Edun tenan. Kanan kiri pohon pinus besar tinggi, kapan ada jalan di Jogja ada yg kayak gini ya, khayalan ngawur. Untuk 1 km inipun harus 1 kali istirahat dan TTB bila memang nggak kuat lagi.

Km 15 : kebalikannya, 80% TTB
Ampun deh. nggak usah lagi diceritakan, makin gila.

Km 16 - 16,4 : 100% TTB
Malu nih, akhirnya menyerah dan nggak kuat lagi genjot, makin curam dan panjang. Untuk berjalanpun rasanya sudah kehabisan tenaga, Sempat istirahat agak lama, 15 menit tiduran di talud selokan. Menikmati deru mesin kendaran naik turun, yang naik mengejar torsi dan yg turun engine brake. Dan ternyata temanku Bar masih di km 14. Lanjut lagi jalan kaki eh.. ternyata tanda tanda ketep sudah kelihatan, dan akhirnya jalan menuju pintu ketep tercapai juga. Lihat jam...10.33

Baru saja berhenti untuk minum (dan ternyata sudah habis), ..Jagung bakar, mas.. waduh nggak sabaran banget si mbak ini, tapi nggak sampai keluar lewat mulut. Saya hanya menggelang saja. Mampir warung untuk beli minum dan menunggu Barkowi. Lamaa banget. 40 menit kemudian baru muncul.

Karena adzan duhur sudah terdengar kami segera naik ke tiket box. Niatnya mau genjot, tapi ya ampun cuma kuat 150 meter doang. Nuntun lagi sampai parkiran, beli tiket Rp. 6000 untuk 2 orang + parkir. and the 2 only bicycle terparkir di selokan. Lebih aman dan teduh.

Langsung menuju mushola dan sholat. Beranjak menuju warung untuk semangkok mie rebus dan minuman dengan landscape yang memukau wow..kayak nggak mau pulang, ... dan dihiasi beberapa pasangan kasmaran, ah sudah tidak masaku lagi.

Tak terasa sudah jam 14.30, kami pun menuju sepeda dan persiapan pulang. Turunkan sadel dan cek brake. Dan mulai meluncur 14.45. Kenceng banget.. bisa nyalib mobil segala. Rute pulang kami lewat talun, pertigaan belok kiri dan langsung menuju muntilan.
Sampai muntilan terhenyak karena baru memakan waktu 30 menit! Padahal butuh 2 jam lebih untuk naik. Sampai di Jembatan krasak kami sempatkan untuk berhenti di tengah jembatan. Tapi lama-lama ngeri juga, bukan karena ketinggiannya, tapi terasa goyangan jembatan pas kendaraan lewat. Jadi ngeri. Kembali ke Hotel Borobudur untuk ambil standar dan akhirnya jam 17.15 sampai di rumah.

Perjalanan yang mengesankan. Sayang kami berdua miskin kamera.

Rabu, Maret 11, 2009

Sabtu, Januari 24, 2009

Energi dan ....

Turun lagi nih harga bensin, horeeee.... yang pasti akan semakin mengurangi beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tarif angkot sudah turun di beberapa daerah, beberapa produk juga terlihat turun harga.

Bahan energi satu ini memang masih mendominasi berbagai macam utiliti yang membutuhkan energi. Walaupun sudah begitu banyak pemikiran akan global warming dan energi alternatif pengganti masih saja bensin dan sejenisnya menjadi favorit para penggunanya. Karena teknologinya sudah sangat familiar dan mudah didapat (walaupun belakangan SPBU sering kosong).

Entah mengapa pemerintah masih belum juga mendukung berbagai penemuan energi alternatif walaupun penemunya anak negeri sendiri ( tapi ada juga yang cuma tipu-tipu he..he), bahan bakar air tawar, air laut, minyak tanah dari karet, bahkan ada motor bisa jalan pakai energi tekanan angin kompresor. Begitu pula energi alam seperti panas/cahaya matahari, ombak, angin masih juga belum di exploitasi. Masih berkutat melubangi bumi untuk minyak, batu bara, gas, uap dll. Mungkin terlalu banyak hitung-hitungan uang yang bisa di dapat para pejabat. Filosofi aji mumpung masih dipegang erat. Untuk menjadi pioneer dalam energi non mapan tidak akan mendatangkan keuntungan sesaat. Bisa 10 tahun atau 20 tahun baru bisa menjadi idola. Padahal pada saat itu mungkin sang pejabat pioneer sudah tidak menjabat atau bahkan pensiun, dan nggak dapat apa-apa dehhh.. Sepertinya sangat jarang deh di Indonesia ada expose bahwa ada proyek penelitian atau pengembangan yang akan berefek luar biasa ada dunia 25 tahun mendatang.

Isu Global Warming berhembus kencang, pemerintah juga ikutan menasehati rakyatnya agar hemat BBM untuk mengurangi polusi dan kemacetan, terutama di ibukota. Tapi kenyataannya industri otomotif malahan mendapat dorongan insentif. Walupun sekarang masa krisis, khan bisa yang diutamakan industri yang nggak bertentangan dengan nasehat-nasehatnya kepada rakyat. Aneh ..Dan kemacetan adalah gaya hidup, tinggal mau berubah atau tidak.

Penjualan sepeda motor bekas mulai ramai lagi. Berarti kalangan bawah sudah mulai kembali naik motor. Dan kemacetan akan makin rapat. Saya selalu berdoa agar bisa terus bersepeda, begitu juga dengan B2Wer lainnya.

Kamis, Januari 01, 2009

NewYear NR: Slippery Darkness

Sms dari mas imam dan angga membuatku tak sabar menunggu adzan isya' untuk dapat segera sholat dan menuju meeting point di JEC. Bismillah ....Pukul 19.15 akhirnya.. aku dari kantor langsung menuju rumput depan JEC. Sempat duduk dan tiduran pula untuk mengistirahatkan badan dan otak sejenak dari urusan angka dan huruf. Eh nggak tahunya ada yg nyamperin dan ngasih tahu angga parkir di sebelah timur. Oke deh pindah.... Menunggu Imam.. menunggu ..me .. eh datang juga bawa teman. Ternyata sudah 20.30.
Perjalanan berlima dimulai menuju minimarket terdekat untuk beli bekal minum dan makanan. waduh ada yg semangat belanjanya, dikira mau camping nih..? Goes lagi menyeberang RR timur, merangsek ke pemukiman dan akhirnya jalanan tanah gelap, sempat ada yg heran kok rutenya muter2,he..he... jadi ingat aku juga berpikiran sama saat pertama kali NR krasak. Keluar masuk kampung yang sebagian besar ramai orang diluar rumah karena juga merayakan tahun baru dengan caranya masing2, ada yg sekedar nongkrong ditemani uyon-uyon, main kartu, bakar jagung dll. Dan yg paling sering berkomentar saat rombongan kami lewat adalah ..tentu saja anak-anak, dan .. cewek2 imut. Untung sepeda nggak ada boncengannya.. uh.
Tak terasa sudah dekat desa rumahku, tapi kali ini bukan untuk pulang. Lewaaaat saja terus menuju tepi sungai Opak, diawali turunan curam dan .. kayaknya ada yg gubrak tuh. Di tepi sungai istirahat sejenak untuk setting rem sepeda Imam dan karena ada yg pakai lampu halogen yg sudah pasti boros batere dan akhirnya nyalanya redup, ganti deh pakai lampu led ku. Kebetulan aku bawa 3 buah lampu. 2 di handle bar dan 1 head lamp yg segera ku pasang di helm. Yuuk lanjut menelusuri double track panjang tepian sungai, tapi waduuh jalanan penuh batu kali yg besar2 sehingga harus extra hati-hati. Di ujung track batu kali harus menanjak untuk keluar dari sungai. Dan peradaban kembali terasa. Goes pelan untuk ambil napas sejenak. Masuk aspal menyeberangi sungai dan kembali mblusuk sedikit lewat jalan batu putih. Licin sekali kalau basah. Eh sebentar kemudian aspal lagi dan 100 meter ke depan masuk tanah lagi menuju bukit kecil.
Ini asiknya offroad habis hujan, ada jalan tanah becek berumput, jadi jika lewat sepeda seperti melayang karena roda belakang selip terus. Belok kanan dan ... kuburan, tapi di sampingnya ada jalan setapak. Dalam kondisi jalan yg kadang sangat samar keberadaannya seperti ini, head lamp murmer ini sangat membantu. Goa Jepang hanya kami tengok sebentar, hii gelap sekali, penduduk setempat juga nggak kelihatan. Langsung saja goes jalanan semen membelah turun bukit dan onroad menuju jl piyungan, menyeberang dan lurus menuju kampung teletubies.
Ternyata ramai sekali di kampung ini, pada badminton & bakar jagung. Jagungnya tinggal petik di sebelahnya. Cukup lama istirahat disini, makan minum, foto dan berinteraksi dengan warga setempat. Lihat jam... 11.00
Tik..tik..tik gerimis menebar hawa dingin, harus segera goes nih agar tidak kedinginan Ketemu lagi single track, tapi kali ini super becek, licin dan tanahnya lengket. Berkali-kali kaki harus turun, roda depan dan belakang tidak searah goyang teruuus. Eh..di depan kami ada motor yg nekat masuk jalur ini dan lolos dengan mesin menderu-deru. Lepas dari sini musti rehat dulu untuk membersihkan sepeda dari lumpur, ilalang dan ranting yg nyangkut sepeda. Dan lumpur bermasalah untuk pemakai V-brake. Genjotan selanjutnya di jalan berbatu kerikil, lumpur di ban membawa kerikil berhamburan ke udara, untung nggak sampai kelilipan. Rintik hujan makin rapat dan senang sekali bila dapat melibas genangan air untuk sedikit membersihkan ban. Menyusuri selokan kecil dan tiba-tiba sudah berada di tengah kebun tebu. Lagi-lagi genjot di tanah labil dengan ban goyang kanan kiri. Jalan berubah menjadi batuan kapur yg nggak kalah licinnya. Lumayan panjang track ini, di sini pula pas pergantian tahun berlangsung.. Kami rayakan dengan jabat tangan dan ucapan SELAMAT PAGI...!!. Imam sempat jatuh pula, Berapa kali jatuh Mas imam....? Piss. Kayuh...Uh.. uh.. dan weeer..aspal mulussss. Tanjakan ke bukit candi Boko makin dekat.
Candi Banyunibo kalo malam tak berlampu jadi tidak kelihatan saat kami melintas di dekatnya. Dan tibalah saatnya menghabiskan tenaga untuk sampai ke Candi Boko. Langsung set gigi paling ringan. Wah si Nukleus melesat duluan, saat meregang napas banyak orang yg sedang turun memperhatikan 5 orang aneh ini. Akhirnya sepeda tersandar di parkiran Candi Boko dengan iringan kata Alhamdullilah.... begitu pula kami terduduk membisu dan napas kencang di 00.30.
Ada satu jam di komplek ini, sms-an, aktivitas toilet, makan dan minum bekal. Ada ide sensasional untuk turun tidak naik sepeda, tapi dinaiki sepeda, alias lewat tangga. Tapi karena nggak akur akhirnya lewat jalan sesuai aturan.
Diiiingiiin begitu kami turun menuju pasar Prambanan untuk cari kehangatan di angkringan. Dua kali berhenti, dua kali jawaban "nasi nya habis mas!!". Untung ada yang ketiga. Langsung Susu Jahe dan nasi sambel jadi andalan ketika jam 01.40.
Dalam perjalanan terakhir menyusuri jalan solo, .... eh nggak usah diceritakan.
Hikmah: Paling utama dalam NR adalah penerangan. Cek kondisi lampu, jika lampu berlebih lebih baik dibawa sekalian untuk cadangan baik diri sendiri maupun teman. Bawa juga batere cadangan.