Selasa, November 25, 2008

Aku Cinta Indonesia: Memulai dalam lingkup yang paling kecil

Menyentuh sekali kampanye partai gerindra di tv, ajakan untuk kembali memakai produksi dalam negri dan mengkonsumsi hasil petani kita sendiri, menggugah saya untuk kembali sadar bahwa selama ini betapa kita telah di jajah kembali. Terutama produk China yang telah membabi buta di seluruh dunia. Tapi sekarang banyak produk Cina bermasalah dengan kesehatan maupun lingkungan.
Krisis ekonomi yang terjadi saat ini tidak akan terlalu berdampak bagi masyarakat bila kita berusaha untuk mandiri memenuhi kebutuhan sendiri. Hal baik telah dimulai Pak SBY dengan berhasilnya swasembada beras.
Lingkup yang lebih kecil baiknya dimulai dari lingkungan sendiri. Lebih memprioritaskan untuk membelanjakan uang kita di sekitar dalam area yang kecil. Misalnya kalau hanya beli sandal jepit untuk kamar mandi belilah di warung terdekat kita, nggak usah sampai supermarket gede. Begitu pula belanja sayuran. Hal ini juga bermanfaat untukmenjalin silaturahmi dengan tetangga. Tapi jika belanjaan bulanan yang banyak akan lebih ekonomis jika ke supermarket atau pasar tradisional untuk sayurannya. Karena warung biasanya akan lebih mahal karena menerapkan margin yang lebih dari supermarket. Dan pilih supermarket yang pemiliknya orang terdekat kita, baik secara teritorial atau sosial. Selain itu produk yang kita beli juga dipilih produk lokal. Tapi kadang kita terbentur masalah kwalitas dan harga. Tinggal kita hitung hitung mana yang menjadi prioritas. Hal akan berefek luar biasa pada ekonomi daerah sekitar kita. Bayangkan uang belanja kita pergi tidak sampai jauh, hanya sampai ke tetangga. Dan pastinya akan berpeluang kembali ke kita, dalam apapun bentuknya. Sejahteralah lingkungan kita.

Kamis, November 13, 2008

On Progres: Fasilitas Jalur & Parkir Sepeda di Jogja

Teringat tahun 2006 lalu di Jogja membentang jalur sepeda dengan pembatas cat putih di beberapa jalan menuju/dekat kampus. Dan beberapa kampus seperti UGM dan UII membuat jalur sepeda sendiri di dalam kawasannya, bahkan meminjamkan sepeda kepada penghuni kampus untuk dipergunakan di wilayah tersebut.
Dan baru-baru ini beberapa komunitas sepeda termasuk B2W chapter Jogja diundang untuk memberikan masukan tentang fasilitas jalur sepeda dan tempat parkir sepeda di kota Jogja. Pak Walikota berharap agar tahun 2009 pembangunan fasilitas sepeda ini sudah masuk dalam anggaran belanja pemerintah dan kabarnya DPRD pun sudah ok.
Ini menandakan bahwa Pak Wali tidak main-main dalam meluncurkan program SEGOSEGAWE 17 oktober 2008 silam, akan terus dikawal pelaksaannya dan juga di beri fasilitas yg memadai. Tinggal tunggu saja tanggal mainnya.
Bagaimana warga Jogja menyikapinya? Tentunya bagi yang belum bersepeda. Sejak SEGOSEGAWE diluncurkan ada yang senyum tapi banyak sekali juga yang cemberut habis-habisan. Terutama mereka para PNS dan anak sekolah yang kena Perwal yang mengharuskan mereka bersepeda jika jarak rumah kurang dari 5 km. Senyuman bagi orang yang memang sudah suka bersepeda dan hanya menunggu momen tepat saja untuk mulai B2W. Mungkin sebelumnya nggak kuat mental untuk sepedaan ke kantor sendirian, dan sekarang mulai bermunculan teman baru.
Aku yang sudah rutin bersepeda, berharap akan banyak teman saat B2W. Fasilitas yang akan dibuat pun, karena aku tinggal di desa dan kantorpun di pinggiran kota, nggak akan banyak berpengaruh bagi kegiatanku bersepeda. Ke pusat kota paling 1 minggu sekali pas ngumpul komunitas B2W di UGM atau belanja. Jalur sepeda yang ada sekarang saja, karena batasnya hanya cat bukan devider permanen, seakan-akan malah jadi pembatas parkir mobil & motor. Tapi actually bukan salah yg parkir, yah salah tapi nggak nyampe 20%. Mereka pakai parkir memang karena yang pakai jalur tsb hampir nggak ada, dan aparat, polisi, DLLAJ pun nggak bertindak apapun. Parahnya lagi mereka nggak tahu kalo itu jalur sepeda! Jadi?
Justru yang masih menggangu aku saat harus ke perkotaan, terutama jika harus mampir ke tempat fasilitas umum adalah tidak adanya tempat parkir. Bahkan sepeda sering dipinggirkan jika di kawasan parkir. Emang ada yang gratis, tapi lebih enak bayar berapapun itu asal mendapatkan tempat dan keamananan yang layak. Seperti di Galeria, parkir sepeda Rp. 200. Di malioboro parah sekali, gratis tapi di tempatkan entah dimana, disingkirkan semahal apaun sepedanya (tukang parkirnya nggak tahu ada sepeda mahal kali!). Berharap akan ada aturan yang baku dan tertib pelaksanaannya. Sehingga pesepeda akan makin aman dan nyaman di jalan. Semakin banyak pesepeda akan semakin dihargai dimata pengguna jalan lain.
Terimakasih Pak HZ.

Sabtu, Oktober 25, 2008

SEPEDAAN KE IMOGIRI

Keinginan untuk mengajak teman sekantor untuk membuat mereka suka bersepeda sangatlah besar. Maka aku buat undangan untuk ikut sepedaan dengan rute ringan onroad tujuan Makam Imogiri sekitar 20km dari kota.
Sebelum hari H setelah aku email semua teman IAP Jogja ada beberapa yang respon undangan tersebut. Kebanyakan mereka mengeluh tidak punya sepeda. Tapi the show must go on. Apalagi ini sudah rute rutin bagi kami bertiga (aku, Yunianto, P.Rudy) di hari Minggu kalau lagi luang.
Dari rumah 05.10, jemput Pak Rudy dan sampai di Asrama Brimob jam 06.00, sudah siap Yunianto dan seorang kawannya. Kami menunggu 15 menit, eh mungkin masih ada yang mau datang ikutan. Ternyata harapan itu kosong dan mulailah berempat genjot. Diperjalanan ban sepeda Pak Rudy agak gembos dan mampir ke pompaan ban. Satu lagi teman bergabung dengan sepeda Unta hijau cerah, pickernya Yunianto. Jadilah ber-5.
Diperjalanan santai sambil ngobrol yang kebanyakan soal sepeda. Pak Rudy lagi ngebet mau upgrade sepeda. Dia sabtu kemarin barusan bersamaku ikutan acara Bike To Work dan terkompori melihat sepeda yang wow... . Jam 07.00 sudah sampai di Makam Imogiri dan seperti biasa kami tidak masuk ke makam tapi hanya di duduk-duduk di pelataran parkir sambil makan bubur atau pecel dengan wedang uwuh atau teh.
Selesai makan dan bicara sana sini di putuskan untuk pulang. Biasanya rute pulang ya sama dengan rute berangkat. Tapi aku penasaran dengan rute sebelah timur yang lewat pleret. Katanya memang menanjak di awal. Dan berenam (tambah satu lagi teman kebetulan rumahnya di selatan Ps.Ngipik) mulai genjot. Eh ternyata baru puluhan meter sang tanjakan 40 derajat ratusan meter sudah muncul menjulang tinggi. Weleh....... langsung oper gigi ringan dan up..up habis deh. Dipertengahan dengkul sudah gak kuat genjot karena telat oper gigi. Berhenti sejenak dan oper gigi paling ringan dengan tangan. Mulai genjot lagi dan sukses sampai atas. Tapi masih kalah sama sepeda balap biru Aji. Sepeda Unta hijau dan Pak Rudi TTB (tuntun bike). Suatu pelajaran terpetik hari ini, menanjak dengan perut kenyang sangat tidak nyaman. Aku langsung merasa sakit di perut di awal tanjakan (nasi pecelnya kebanyakan), bahkan sampai besok hari (senin) masih terasa. Pak Rudy yang cuma makan bubur pun merasakan hal serupa. Habis tanjakan terbitlah turunan. Kasihan sepeda hijau kembali di tuntun karena rem tidak memadai. Perjalanan selanjutnya lebih banyak tanjakan & turunan pendek. Sepeda hijau, Yuni dan temannya memisahkan diri terlebih dulu dan satu per satu menyusul untuk pulang, sampai aku sedirian melenggang. Rute ke rumah aku ambil rute biasa kalau ke kantor lewat persawahan dan pemukiman, tidak lewat jl wonosari yang membosankan.
Sampai di rumah belum ada jam 09.00 rupanya!
Kecewa berat karena nggak ada yang ikut.

Sabtu, Oktober 18, 2008

Mengiring Pengantin Bersepeda Tandem

sepeda Peristiwa langka yang sangat tidak mungkin untuk dilewatkan. Sepasang pengantin Mas Ari dan Mbak Vita berkehendak melakukan perjalanan dari Masjid tempat berlangsungnya ijab kobul ke rumah tempat resepsi dengan bersepeda tandem. Tidaklan heran karena keduanya adalah penggemar sepeda dan bergabung di B2W Chapter Jogja. Dan 40 rekan sekomunitas mengiringinya dengan Tshirt pink yang dipesan khusus untuk acara tsb.
18 oktober 2008 berangkat dari rumah pukul 05.00 pagi dan menuju rumah Pak Rudy untuk barengan ke Bunderan UGM sebagai meeting point rombongan pengiring manten. Telah menunggu sejumlah pesepeda lain di bunderan dan tepat jam 06.00 rombongan mulai bergerak ke Pakem, suatu tempat yang tidak mudah dituju bagi yang belum biasa dengan tanjakan terus menerus. Akupun ini baru kali ke 2. Maklumlah tempat ini merupakan jalur menuju Kaliurang, lereng gunung Merapi. Sampai di perempatan Kentungan ada beberapa teman lagi yang sudah siap menunggu dan berhenti sejenak, mungkin akan ada lagi yang datang. Ternyata tidak ada dan lanjut naik dan naik. Eh di perjalanan ada 3 teman lagi. Diperjalan baru ketahuan mana yang kuat dan yang belum terbiasa dengan tanjakan. Rombongan terpecah tapi para senior seperti biasa mengawal di paling belakang dan yang depan sesekali berhenti menunggu yang belakang. Akhirnya sampai juga di pakem dan belum ada yg terlihat TTB. Mampir dulu ke warung Ijo untuk minuman hangat dan gorengannya. Agak lama berhenti disini, mungkin ada 20 menit. Ternyata perjalanan ke rumah mempelai masih harus naik lagi, tapi kayaknya hanya 2 km tapi kemiringan tanjakan kali ini lebih dari yang di bawah. Dan di akhir tanjakan itulah rumah pengantinnya.
Parkir sepeda di palang bambu yang sudah di sediakan tuan rumah, istirahat sembari menunggu yang lain. Eh pak Rudy datang dengan TTB rupanya. Akupun kalo nggak ada teman pasti sudah putar balik atau TTB dari tadi. Mulailah persiapan untuk jadi pengiring manten. Ambil Tshirt pink, dan kemudian dipakai bersama baju batik untuk acara akad nikah di masjid. Perjalanan ke masjid hanya beberapa menit saja karena cuma dekat, 300 meter lah kira-kira. Sukses akad nikah baju batik dilepas dan yang terlihat Tshirt pink nya. Rupanya pengantin wanita agak kesulitan untuk naik sepeda tandem Polygon biru ini, akhirnya dengan agak cincing kain bisa duduk ke sadel dengan nyaman. Dan mulailah kami genjot ke rumah pengantin yang tadi. andaikan acara mengiring manten ini rutenya lebih jauh, akan lebih berkesan dan kampanye sepeda akan lebih mengena. Iya kan ini bisa untuk kampanye atau promosi kegiatan bersepeda.
Selesai sudah acara mengiring manten, foto-foto sejenak dan persiapan untuk pulang. Beberapa teman ada yang pulang lewat offroad dan ada pula yang onroad sesuai kondisi sepeda yang dibawa. Aku dan dan Pak Rudy mencoba ikut offroad. Jalannya kan turun jadi nggak akan seberat waktu ke krasak kemarin minggu. Blusukan ke sawah dan tepian sungai. Di perjalanan ternyata ban belakangku bocor setelah ber down hill ria di track berbatu. Untung ada yang bawa tools dan ban dalam cadangan. Thanks guys...Di bantu teman-teman akhir sepeda kembali siap melanjutkan perjalanan hingga masuk ke Ring Road Condong Catur. Di sini aku dan pak Rudi memisahkan diri dari rombongan, Pak Rudy pulang ke rumah dan aku ke kantor. Sampai kantor jam 12.40.dengan keringat bercucuran dan perut kelaparan.

Jumat, Oktober 17, 2008

1st Nite Ride : Krasak Fun XC

Jam 12.30 di siang hari yang sangat panas 12 oktober 2008 mulailah aku keluar genjot WimCycle dari rumah nyamanku menuju meeting point di terminal Jombor, sekitar 20 km dari rumah. Sangat bersemangat karena ini akan menjadi perjalanan Nite Ride ku yang pertama, bersama anak B2W Jogja. Janjiannya sih 14.00 tapi karena cuaca begitu panas aku berangkat agak awal agar ada waktu untuk beristirahat di perjalanan dan juga di meeting point. Panasnya sangat terasa saat berhenti di traffic light, terutama di wajah, apalagi lupa pakai sun screen lotion, terasa terbakar. Sampai di Monjali aku beristirahat sejenak di halte transjogja dan kembali lanjut ke tujuan yang hanya kurang beberapa kilometer lagi.
Sampai di Jombor ternyata masih sepi dan sambil menunggu masuk ke minimarket untuk beli minuman & vit C. Tak berapa mas Yuli datang dengan Kona putihnya. Dan kemudian mas Indy yang masuk langsung masuk ke warung burjo. Kami berdua pun mengikutinya sekaligus pesan es jeruk, habis 2 gelas. sekalian numpang shalat ashar di warung tsb. Tiga rekan datang kemudian, mas Hendra penunjuk jalan, Miqdad, dan Bagus.
Jam 15.10 kami mulai berangkat ke sungai krasak. Jalan aspal kami lalui sambil beberapa kali ambil jalur off road ke arah barat, lewat jembatan bambu, keluar masuk perkampungan, halaman rumah orang sambil berkali-kali permisi, pak,.. permisi, bu, ..mbah.... Lewat kono wae mas dalane penak, .. dalan buntu mas, ojo liwat kono... Iki mau do seko ngendi?...kok iso do liwat kene?....dan lain-lain komentar penduduk setempat yang kami lewati. Yang dibilangi hanya senyum-senyum dan terus berlalu. Begitu ada jalan agak panjang dan sepi langsung sprint. Lha aku yang belum pernah beginian agak canggung sampai tersundul ban depan sepeda mas Indy. Yang lain bisa loncat2, aku berusaha tetap nempel di tanah. Aku harus tahu diri bahwa sepedaku nggak mampu untuk begituan. Dari pada nggak bertahan sampai selesai mending menahan diri. Diarah timur mulai terlihat awan hitam dan beberapa mobil yang menyalip terlihat basah. Hujan yang ditunggu segera tiba, itu harapannya. Beberapa saat kemudian pas setelah sepeda nyebur menyeberang selokan hujan pun tiba. Kepala pun aku tambahi topi selain helm, agar percikan air agak tertahan dan mengurangi air di kacamata minusku. Tapi kok hujannya cuma sebentar. Huh.... Genjot lagi dan lagi sampailah kita ke sebuah dam sungai krasak. Sungai Progo pun sebenarnya nggak jauh lagi. Gotong bike untuk turun ke dam. Istirahat sejenak dan foto2.
Untuk turun ke sungai harus 5 kali gotong sepeda melalui tangga naik dan turun yang nggak tinggi sih, tapi hampir tegak lurus. Sepatu dan rodapun tercelup air aliran sungai yang dangkal, hanya bebatuan yang terlindas. Grubrak...! Mas Indy yang paling depan jatuh dengan roll depan, seperti gaya stopie yang kebablasan, roda depannya terjebak bekas galian pasir sedalam 40an cm. Untung sepeda dan badannya gak apa-apa.
Keluar dari sungai kita pun ke track tanah berbatu yang malah dijadikan ajang sprint ria karena panjaang banget dan tiba-tiba ada dua anak sapi yang lari nggak karuan di depanku, mungkin kaget terlewati Mas Hendra yang berada di paling depan sehingga saya yang dibelakangnya kena kagetnya si sapi. Hampir saja... bapak yang punya sapi pun sampai limbung terjatuh bersama sepedanya karena juga panik sapinya lari kesana kemari. Maaf ya pak. Hari sudah gelap lampu sudah dinyalakan, adzan maghrib sudah dari tadi dan diperkampungan kami cari masjid, setelah ketemu dan melihat keadaan baju penuh noda tanah, sholat pun batal karena ragu apa pakaian kita suci. Sepakat untuk di jamak saja di rumah masih-masing. Belum lama beranjak dari masjid hujan deras mengguyur, dan konsentrasi sekarang ada di perut yang kelaparan, tanya tanya di mana ada angkringan nggak ketemu juga, akhirnya masuk warung sate di daerah Balangan, Minggir. Hujan pun reda.
Mulai genjot lagi diringi hujan deras,, hanya beberapa puluh meter menikmati aspal, kembali belok ke offroad, saat berada di tengah sawah adalah saat yang paling mengerikan, gelap, hujan dan petir menyambar tiada henti. Bagaimana jika satu saja mampir ke kita? Menelusuri dekat tepian Progo ke selatan. Tapi kemudian semakin jauh ke timur menjauhi sungai progo. Semua genjot sambil membisu. Eh malah lewat pematang sawah berselokan yang nggak mungkin dilewati sambil naik sepeda. Jadi sepeda lewat selokan dan kita di pematang sebelahnya sambil sekali sekali ngotong sepeda. Wuih.. Mas Miqdad tertinggal karena air mengganggu kacamatanya. Dan sempat pula salah satu lampu peserta rusak, tapi dapat diatasi. Dan ketemu jalan aspal lagi, tapi kok jalan yang dilewati pas makan sate tadi. Walah...
Akhirnya jalan ke selatan offroad. Berkali-kali ketermu jalan buntu sampai mau masuk kuburan juga. Lewatlah lagi nyebrang sungai yang kali ini cukup dalam karena nggak juga menemukan jembatan, padahal setelah nggak jauh jalan terlihat ada jembatan aspal. Nggak apa deh.. asyiknya makin bertambah. Setelah ini kita hanya muter-muter di persawahan untuk menghabiskan waktu dan tenaga yang tersisa. Dan akhirnya sampai di jl Godean akhir perjalanan offroad. Istirahat beberapa waktu, Mas Hendra sempat kram kaki. Jam menunjukkan pukul 21.30 wib. Sudah larut dan rumahku mungkin 25-30 km dari sini. SMS istri agar nggak cemas dan perjalanan pulang dimulai. Lampu ke mode flasing dan melaju kecapatan sedang. Setelah sampai di Galeria aku melaju sendirian karena rumahku paling jauh. Disini tanpa teman baru terasa capek dan sepeda nggak enak bawaannya. Rem depan nggak pakem, rem belakang bunyi nggak karuan dan BB & hub belakang juga dirasa nggak lancar muternya.
100 km sudah perjalananku hari ini. Sampai di rumah jam 22. 50 wib ternyata istri masih setia menunggu, belum tidur. Langsung mandi, makan lagi, minum susu 2 gelas, shalat magrib & isya' dan tidur.

Selasa, Oktober 07, 2008

Lampu Sepeda


Sekarang ini kalau hari mulai sore dan masih bersepeda, aku pakai lampu Cateye HL-EL135 untuk depan, sementara belakang belum ada lampu, hanya pakai skotlet & mata kucing. Baterynya awet bukan main tapi kurang terang, maklum cuman 3 LED 2 batery AA. Bisa kedip-kedip dan nyala konstan. Yang penting aman, kelihatan pengendara lain di jalan.

Sebelumnya pakai lampu halogen merk nggak jelas. Baterynya boros bukan main. Dipakai full 1 jam saja sudah redup, padahal 4 batery. Capek recharge-nya. Maunya... nanti di modif, bolam halogennya di ganti LED, 4 atau 6 biji sekalian. Hasilnya gimana ya?

Senin, Oktober 06, 2008

Liburan Lebaran

Hari H-1. Masih harus masuk kantor sampai 12.00 wib. Tapi suasana kantor sudah tidak kondusif lagi untuk kerja. semua gelisah dan malas untuk kerja, jadi cuma duduk ngobrol, jalan2 atau main game/internet-an. Maklum yang kantor lainnya sudah pada libur sementara kami masih ngantor.

Malam Takbiran di dusun seperti biasa ada lomba Takbir se Kelurahan. Masing-masing TPA dari masing -masing masjid dusun bertakbir menuju ke balai desa sambil bertakbir sepanjang jalan. Anak Laki-laki saya nggak pernah ketinggalan untuk acara ini. Kalao nggak bisa ikut bisa-bisa nggak tenang seharian. Berangkat sehabis Isya' dan berakhir 22.30 wib. Wah mesti segera tidur agar bisa bangun pagi mempersiapkan sholat Ied besok pagi.Pagi 03.30 bangun persiapan segalanya.

Hari 1. Begitu adzan langsung shalat Subuh, kemudian sarapan pagi. Tikar untuk ke lapangan kembali di cari, maklum.. cuma terpakai 2 kali setahun. Dan dari 3 penghuni rumah saya mandi paling terakhir, hii..masih dingin. Sebelum pukul 06.00 berangkat ke lapangan dan dapat shaf ke 2. Pengumuman dari panitia bahwa jumlah makmum ada 4ribuan dan infaq mencapai 10jutaan. Semoga sampai kepada yang berhak. Sampai di rumah langsung cabut untuk berkunjung ke rumah mertua & orang tua yg masih satu kota Jogja. Jam 10.00 lanjut perjalanan ke kerabat yang lain. Waktu ke Kampung Pajeksan, ternyata rumah saudara saya saya berhadapan dengan workshop Bike To Work. Tapi karena terlihat sepi/tutup jadi nggak mampir.

Hari 2. Jam 06.00 naik Gunung Kidul tempat kakek & nenek dari Ibu. Beberapa saat kemudian berdatangan yg lain sehingga ramai. Malamnya akan ada gelaran Uyon-Uyon dari desa setempat di rumah itu. Hasilnya begadang sampai jam 01.00 dini hari.

Hari 3. Satu persatu saudara pulang dari rumah kakek dan anakku kalao masih ada temannya disitu, nggak mau pulang. Baru setelah temannya yang terakhirpun pulang baru kami turun gunung. Jam 11.00 sampai rumah dan istirahat. Persiapan untuk shalat Jumat.

Hari 4. Hampir totally istirahat. Cuma sore sempat sepedaan sama anak ke mertua -+ 6 km. Lewat jalan persawahan biar lebih aman.

Hari 5. Pagi sepedaan sama anak lagi ke NewNgepen/domes, wilayah Piyungan, Bantul. Malah anakku yang tahu jalan ke sana. Tempat ini ada rumah mirip dome/kubah putih, seperti rumah eskimo. Orang sering menyebutnya rumah teletubies. Rumah ini adalah rumah bantuan asing untuk korban gempa mei 2006 silam. Bagus dan rapi. Layaknya komplek perumahan saja, ada TK juga lho (gambar dari The China Post).

Sabtu, September 27, 2008

Ganti Shifter.....

sepeBerawal dari ketidaknyamanan dalam memakai shifter bawaan (model pelintir/revo) sepeda WimCycle Roadcamp ku dan ada teman yang menawarkan shifter bekas Polygon eXtrada yang baru dipakainya 2 bulan, akhirnya saya mencoba beli shifter shimano 8 speed itu dari bro ankie walaupun ada keraguan akan cocok tidaknya shifter tsb jika bekerja di sepedaku. Setelah ke beli dan langsung dipasang pada wimcycle dengan kondisi rd, fd, (yang ada tulisannya WimGear) dan cassete 7 speed bawaan sepeda. Ternyata bisa terpasang dengan dengan baik dan mudah, hanya kabel harus pakai yg lama karena bawaan shifter terlalu pendek. setelah setting sebentar coba jalan dan b2w pagi ini rasanya tidak ada yg aneh alias semua normal, tidak loncat2 walaupun dipakai di medan tanah persawahaan), perpindahan gear di rd & fd lebih enak dari pada pakai shifter asli. Karena cassete nya 7 speed maka pada shift 8 kosong, dan kabel jadi agak kendor, mungkin nantinya yg shift 1 yg dimatikan agar kabel tidak terlalu kendor. Shift di 8 dan kabel ditarik lagi, gantian shift 1 yang mati.
Shifter ini sekaligur brake lever, sepeda jadi lebih ringkas dan nyam-nyam deh..tapi akibatnya grip handle bar harus ikutan ganti karena yang asli kan pendek, jadi ganti yang biasa.
Upgrade selanjutnya ingin memperkuat BB, tapi tanpa ganti crank. Biar ngirit! Tapi belum tahu mau diapain.

Kamis, September 25, 2008

B2W saat puasa

Puasa tahun ini akan segera berakhir, kegiatan untuk bersepeda di week end agak mengendur. Bahkan hampir tidak ada acara yg bersifat turing atau XC. Hanya menghadiri buka bersama ke beberapa tempat bersama B2W jogja yang tentunya tetap naik sepeda.
Tetapi bersepeda ke kantor tetap setiap hari. Hanya perlu ada penyesuaian sedikit. Biasanya berani berangkat agak mepet waktu, saat puasa ini harus lebih pagi. Selain untuk mengejar sejuknya suasana pagi, juga karena speed of riding turun. Memang diturunkan untuk mencegah keringat mengalir deras, ntar bisa dehidrasi. Maklumlah tubuh ini gampang sekali berkeringat. Gear juga pakai yang rasio lebih ringan. Biasanya nyalib-nyalib, sekarang ngetutke sepeda berkronjot. Yang penting ENJOY AJA!
Tapi pulangnya, wuuus ngejar waktu berbuka! Biasanya aku usahakan pas sampai di rumah, pas waktunya berbuka. Kalo sampai di rumah sebelum waktunya buka, bisa malah tersiksa nunggu bedug sambil keringatan & ngos-ngosan. Lebih enak nunggu sambil genjot daripada duduk manis. Jadi kalo langit masih terang, tengok kanan kiri, siapa tahu ada jalan yang enak buat XC-XCan.

Rabu, September 24, 2008

Mengapa Bersepeda?


Sudah beberapa bulan ini saya memutuskan untuk lebih banyak menggunakan sepeda ke kantor dan ke tempat lain dari pada pakai motor. Dari kalo masuk sabtu saja jadi tiap hari. Alasannya kalau mau yang jujur, itu karena kebanyakan kena kompor panas dari forumnya para b2w-er jogja. Keseringan baca postingan2 mereka yg lucu & petualangan yang menantang menyenangkan. dan akhirnya membuatku gabung dengan komunitas ini.


Alasan yang dibawah ini adalah alasan yang cenderung mencari-cari, dibuat-buat untuk mendapatkan pembenaran dari aktivitas saya bersepeda. Dan tentu juga menjadi pemacu untuk lebih memaksimalkan si sepeda, walaupun sepeda kelas low end.

1. Kesehatan Badan

Bagaimanapun juga tidak ada orang yang akan menolak jika sepeda adalah juga alat olah raga seperti halnya yang ada di gym centre, di sana kan juga ada sepeda statis. Tidak peduli berapa lama jam terbang anda bersama sepeda, bersepeda merupakan cara berolahraga yang menyehatkan. Seberapa banyak kita meluangkan waktu untuk aktivitas fisik/olah raga, bagaimanapun ini memegang peranan sangat penting untuk kesehatan, terutama untuk mengendalikan berat badan dan keseimbangannya dengan tinggi badan dan massa otot. Resiko dari hal tsb tentu sudah pada paham.Bila kita tidak punya waktu atau malas untuk berolahraga, bersepeda adalah jawabannya. Dengan BIKE TO WORK (berangkat kerja dengan bersepeda) saya bisa 1 jam 20 menit berolahraga perharinya. Padahal saya hanya meluangkan waktu separonya. Jarak rumah - kantor +/- 10km, ditempuh 30-40 menit. Jika pake motor 15-20 menit. Selisih 15-20 menit X 2. Kalau mau dirumah olahraga rasanya pasti malas atau ada gangguan dari orang rumah, entah anak atau istri (tapi jangan anggap mereka pengganggu ya!). Biasanya hanya ada waktu pas libur dengan badminton di halaman rumah (tapi halaman rumah saat ini kan langka bo!).

2. Kesehatan Pikiran

Ingatkah anda apa yang paling anda inginkan saat anda SD, direwangi nangis tapi dijanjikan besok nak lebaran or rangking 1 dikelas. Yup betul, Anak-anak pasti sangat suka sepeda. Karena bersepeda itu menyenangkan. Sembari genjot pedal sempatkan untuk melihat sekeliling, pasti anda akan merasakan ada banyak hal yang terlewatkan bila melaju dengan motor. Dalam bersepeda jarak & waktu tempuh bukanlah tujuan. Santai ! Tapi kalau ke kantor ya harus jam 08.00 sampai kantor. Pas pulang, biasanya saya lewat jalan yang aneh-aneh. Kebetulan lokasi rumah masih ndeso di kelilingi sawah. Kadang asal belok ke jalan kampung atau tanah dan ngenjot ora karuan kaya anak-anak. Tapi kadang juga ketemu jalan buntu. Pernah belok kejalan sawah dan ternyata makin lama makin kecil itu jalan dan akhirnya nggak bisan dilewati, tapi karena tadi lewati banyak orang jadi malu mau balik lagi. akhirnya lihat di depan (puluhan meter) ada jalan ya.. sepeda dituntun & digotong melewati sawah. Pikiran seger lho!

3. Lingkungan

Ini nggak usah dibahas ya.. Pasti dan jelas sekali, dan pasti juga pada tahu semua.

4. Ekonomi/Hemat ?

Kenapa saya kasih tanda tanya? Karena yang ini saya belum merasakannya. propagandanya karena nggak usah beli bensin. Ini tergantung dari perilaku kita. Kalaw kita sudah suka sama sepeda, sama dengan hobi lainnya seperti motor, komputer, gadget dll, pasti pengen upgrade teruuuussss. Benernya alokasi yang tadinya untuk beli bensin dijadikan modal upgade, tapi pada nggak sabar, apalagi dikompori teman komunitas. Wuuu hitung-hitungannya bisa kacau & rugi. Ini biaya yang sudah saya keluarkan. Beli Sepeda WimCycle Roadcamp Rp.840.000 (ini sudah sepeda yg murah), helm Rp.169.000, dan kemarin upgade shifter Rp.125.000, beli lampu Rp 150.000. Total Rp.1.284.000. Ini gak usah mikir ganti oli, bensin, pajak, SIM, polisi dllll. Tapi harus tetep patuhi rambu lalu lintas. Jika naik motor dengan rasio bensin:jarak tempuh adalah 1:60, jarak rumah-kantor 10 km jadi Rp.1000 sekali jalan. Dikalikan kira 365-(52x2)=261 hari kerjax2 =Rp.522.000 untuk bensin 1 tahun. Jadi 2,4 tahun baru impas sepeda=bensin. Kecuali kita rela jual motor untuk beli sepeda. Tapi mending jangan, bagaimanapun juga pemakaian sepeda juga harus memperhatikan kapasitas si sepeda. Jika bawa barang berat, jauh dan jalan tidak aman & nyaman untuk bersepeda ya pakailah motor.

Dari beberapa manfaat di atas, muaranya adalah meningkatnya kualitas hidup, Setujuuuu..?

Ayo bersepeda! (is1toro)