Selasa, November 25, 2008

Aku Cinta Indonesia: Memulai dalam lingkup yang paling kecil

Menyentuh sekali kampanye partai gerindra di tv, ajakan untuk kembali memakai produksi dalam negri dan mengkonsumsi hasil petani kita sendiri, menggugah saya untuk kembali sadar bahwa selama ini betapa kita telah di jajah kembali. Terutama produk China yang telah membabi buta di seluruh dunia. Tapi sekarang banyak produk Cina bermasalah dengan kesehatan maupun lingkungan.
Krisis ekonomi yang terjadi saat ini tidak akan terlalu berdampak bagi masyarakat bila kita berusaha untuk mandiri memenuhi kebutuhan sendiri. Hal baik telah dimulai Pak SBY dengan berhasilnya swasembada beras.
Lingkup yang lebih kecil baiknya dimulai dari lingkungan sendiri. Lebih memprioritaskan untuk membelanjakan uang kita di sekitar dalam area yang kecil. Misalnya kalau hanya beli sandal jepit untuk kamar mandi belilah di warung terdekat kita, nggak usah sampai supermarket gede. Begitu pula belanja sayuran. Hal ini juga bermanfaat untukmenjalin silaturahmi dengan tetangga. Tapi jika belanjaan bulanan yang banyak akan lebih ekonomis jika ke supermarket atau pasar tradisional untuk sayurannya. Karena warung biasanya akan lebih mahal karena menerapkan margin yang lebih dari supermarket. Dan pilih supermarket yang pemiliknya orang terdekat kita, baik secara teritorial atau sosial. Selain itu produk yang kita beli juga dipilih produk lokal. Tapi kadang kita terbentur masalah kwalitas dan harga. Tinggal kita hitung hitung mana yang menjadi prioritas. Hal akan berefek luar biasa pada ekonomi daerah sekitar kita. Bayangkan uang belanja kita pergi tidak sampai jauh, hanya sampai ke tetangga. Dan pastinya akan berpeluang kembali ke kita, dalam apapun bentuknya. Sejahteralah lingkungan kita.

Kamis, November 13, 2008

On Progres: Fasilitas Jalur & Parkir Sepeda di Jogja

Teringat tahun 2006 lalu di Jogja membentang jalur sepeda dengan pembatas cat putih di beberapa jalan menuju/dekat kampus. Dan beberapa kampus seperti UGM dan UII membuat jalur sepeda sendiri di dalam kawasannya, bahkan meminjamkan sepeda kepada penghuni kampus untuk dipergunakan di wilayah tersebut.
Dan baru-baru ini beberapa komunitas sepeda termasuk B2W chapter Jogja diundang untuk memberikan masukan tentang fasilitas jalur sepeda dan tempat parkir sepeda di kota Jogja. Pak Walikota berharap agar tahun 2009 pembangunan fasilitas sepeda ini sudah masuk dalam anggaran belanja pemerintah dan kabarnya DPRD pun sudah ok.
Ini menandakan bahwa Pak Wali tidak main-main dalam meluncurkan program SEGOSEGAWE 17 oktober 2008 silam, akan terus dikawal pelaksaannya dan juga di beri fasilitas yg memadai. Tinggal tunggu saja tanggal mainnya.
Bagaimana warga Jogja menyikapinya? Tentunya bagi yang belum bersepeda. Sejak SEGOSEGAWE diluncurkan ada yang senyum tapi banyak sekali juga yang cemberut habis-habisan. Terutama mereka para PNS dan anak sekolah yang kena Perwal yang mengharuskan mereka bersepeda jika jarak rumah kurang dari 5 km. Senyuman bagi orang yang memang sudah suka bersepeda dan hanya menunggu momen tepat saja untuk mulai B2W. Mungkin sebelumnya nggak kuat mental untuk sepedaan ke kantor sendirian, dan sekarang mulai bermunculan teman baru.
Aku yang sudah rutin bersepeda, berharap akan banyak teman saat B2W. Fasilitas yang akan dibuat pun, karena aku tinggal di desa dan kantorpun di pinggiran kota, nggak akan banyak berpengaruh bagi kegiatanku bersepeda. Ke pusat kota paling 1 minggu sekali pas ngumpul komunitas B2W di UGM atau belanja. Jalur sepeda yang ada sekarang saja, karena batasnya hanya cat bukan devider permanen, seakan-akan malah jadi pembatas parkir mobil & motor. Tapi actually bukan salah yg parkir, yah salah tapi nggak nyampe 20%. Mereka pakai parkir memang karena yang pakai jalur tsb hampir nggak ada, dan aparat, polisi, DLLAJ pun nggak bertindak apapun. Parahnya lagi mereka nggak tahu kalo itu jalur sepeda! Jadi?
Justru yang masih menggangu aku saat harus ke perkotaan, terutama jika harus mampir ke tempat fasilitas umum adalah tidak adanya tempat parkir. Bahkan sepeda sering dipinggirkan jika di kawasan parkir. Emang ada yang gratis, tapi lebih enak bayar berapapun itu asal mendapatkan tempat dan keamananan yang layak. Seperti di Galeria, parkir sepeda Rp. 200. Di malioboro parah sekali, gratis tapi di tempatkan entah dimana, disingkirkan semahal apaun sepedanya (tukang parkirnya nggak tahu ada sepeda mahal kali!). Berharap akan ada aturan yang baku dan tertib pelaksanaannya. Sehingga pesepeda akan makin aman dan nyaman di jalan. Semakin banyak pesepeda akan semakin dihargai dimata pengguna jalan lain.
Terimakasih Pak HZ.